Salah seorang warga RT 01 Dusun Abadi, Desa Aji Kuning, Pulau Sebatik, Yosef, Kamis (8/11), mengaku untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia berbelanja menggunakan mata uang Malaysia karena barang-barang yang dikonsumsi bersama keluarganya merupakan produk Malaysia.

Ia juga mengatakan, masyarakat yang berdomisili di sekitar patok 3 perbatasan Indonesia-Malaysia itu memang jarang sekali yang berbelanja dengan menggunakan mata uang rupiah Indonesia. 

Alasannya, pedagang lebih memilih menerima ringgit (Malaysia) karena tidak merepotkan lagi untuk menukar apabila akan berbelanja kebutuhan sehari-hari masyarakat di Tawau, Malaysia, yang berbatasan langsung dengan Sebatik.

"Penjual juga di sini lebih senang dan lebih mudah menerima uang ringgit daripada uang rupiah. Kalau uang rupiah, harus ditukar lagi apabila mau berbelanja barang-barang di Tawau," ucap Yosef yang mengaku di rumahnya jarang sekali menyimpan mata uang rupiah di rumahnya.

Meski menggunakan mata uang ringgit dan banyak bergantung dari kebutuhan pokok asal Malaysia, namun warga Indonesia di wilayah perbatasan itu mengaku memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan tidak akan menjadi warga negara Malaysia.

Yosef yang menetap di RT 01 Dusun Abadi Desa Aji Kuning sejak tiga tahun silam, menambahkan, mata uang ringgit lebih mudah diperoleh daripada mata uang rupiah. 

Selain itu, warga asal Nusa Tenggara Timur yang pernah menjadi tenaga kerja ilegal di Malaysia itu mengatakan, nilai mata uang rupiah jauh lebih rendah dibandingkan dengan mata uang ringgit, sehingga apabila berbelanja terkesan terlalu besar. 

"Kalau belanja sekitar Rp100 ribu kayak tidak ada, tapi kalau belanja pakai uang ringgit sekitar 10 ringgit sudah banyak yang dibawa pulang," imbuh Yosef yang membangun rumah bersama keluarganya masuk dalam wilayah Malaysia. 

Padahal, lajut dia, 10 ringgit Malaysia jika ditukarkan dengan uang rupiah besarnya Rp31.000 (1 Ringgit setara Rp3.100).  (*)